Dewasa ini banyak para kaum milenial yang terjun ke dunia trading dengan penempatan dana atau penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain seperti emas, logam mulia, reksadana, saham, obligasi, properti, asuransi, deposito berjangka pendek, deposito berjangka menengah, deposito jangka panjang selama periode tertentu, yang diharapkan dapat memperoleh penghasilan dan meningkatkan nilai investasi meski di dalamnya terkandung risiko sangat besar yang dapat membuat seseorang kehilangan banyak uang dan parahnya lagi sampai mengalami kebangkrutan.
Tetapi dibalik keuntungan besar dan risiko yang besar, apakah kita perlu berinvestasi?
Itu kembali lagi tergantung dari pribadi masing-masing individu karena ada 11 tujuan keuangan yang ingin di capai dari berinvestasi antara lain sebagai berikut:
1. Membeli rumah
2. Menyiapkan pendidikan anak
3. Tingginya biaya hidup saat ini
4. Naiknya biaya hidup dari tahun ke tahun
5. Keadaan perekonomian yang tidak stabil
6. Fisik manusia tidak selalu sehat
7. Manusia tidak akan selalu bekerja di suatu perusahaan pada waktunya akan pensiun
8. Menyiapkan dana pensiun
9. Menyiapkan dana untuk diwariskan
10. Banyak alternatif produk keuangan
11. Karena banyak dana yang tidak digunakan
9 Faktor-faktor yang mempengaruhi orang untuk memilih investasi yang sesuai sebagai berikut:
1. Usia
2. Profil risiko (sikap terhadap risiko)
Tipe investor agresif (risk seeker)
- Tipe investor ini lebih pemberani mengambil risiko yang besar untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar (mendapatkan imbalan hasil yang lebih tinggi). Investor tipe ini bersedia menggelontorkan dana untuk berinvestasi pada produk-produk pasar modal dan perdagangan berjangka pendek, berjangka menengah dan berjangka panjang, contohnya seperti saham
Tipe investor cari aman (risk moderate)
- Tipe investor ini kemungkinan kurang berani berinvestasi pada pasar saham yang risikonya sangat besar dengan keuntungan yang juga sama besarnya. Tetapi investor ini menerima fluktuasi jangka pendek dengan dengan imbalan yang diharapkan dapat besar dari tinggi inflansi dan deposito. Dalam hal berinvestasi. Investor ini memiliki pengetahuan berinvestasi pada reksa dana yang bisa bergerak naik atau turun (fluktuatif) sudah dipahami oleh investor. Akan tetapi mereka tidak ingin uang yang mereka investasikan hilang atau berkurang saat berinvestasi. Oleh karena itu pilihan reksadana yang cocok untuk tipe investor cari aman adalah reksadana campuran yang risikonya relatif lebih rendah. Disisi lain reksadana campuran memiliki keuntungan yang tidak kalah dari reksadana saham
Tipe investor zona aman (risk Averter)- Tipe investor ini memilik risiko yang rendah dengan keuntungan yang ala kadarnya dan cenderung menghindari risiko. Dalam hal berinvestasi, tipe investor ini lebih memilih instrumen-instrumen aman dan takut jika dana yang mereka keluarkan berkurang sedikitpun. Oleh karena itu investor ini lebih nyaman dengan instrumen investasi yang menawarkan hasil yang tidak terlalu besar tetapi grafik bergerak stabil. Namun untuk memaksimalkan nilai investasinya, ada baiknya investor tipe ini melakukan investasi dengan tujuan jangka panjang. Karena untuk jika memilih investasi dengan tujuan jangka pendek, keuntungan yang didapatkan tidak memuaskan, maka dari itu investasi yang cocok untuk investor yang berada di zona nyaman ini adalah seperti tabungan, deposito dan reksadana pasar uang.
Catatan penting: Disclaimer On. Investasi mengandung risiko walaupun itu rendah dan menjadi tanggung jawab kamu sebagai pengambil keputusan. Kami Tim Nearest Business menginformasikan dan tidak untuk mempengaruhi pihak manapun. Dan kami tidak merekomendasikan untuk berinvestasi dan melakukan aksi jual atau beli saham. Karena grafik secara real time berfluktuasi, harap berinvestasi sesuai dengan keputusan pribadi tanpa ada campur tangan orang lain.
3. Pajak
4. Likuiditas atau keamanan
5. Situasi ekonomi internasional
6. Situasi ekonomi nasional
7. Situasi industri
8. Sains dan teknologi
9. Siklus dan Trends
Terdapat 14 jenis risiko investasi yang perlu kamu ketahui sebelum memutuskan untuk berinvestasi antara lain sebagai berikut:
1. Risiko likuiditas (marketability atau liquidity)
Apakah investasi yang kita pilih memiliki kemudahan untuk dijual dengan cepat?. jika tidak maka kamu akan menunggu waktu yang cukup lama untuk dapat menjual jenis investasi yang kamu miliki
2. Risiko investasi (investment risk)
Risiko investasi berkaitan dengan kemungkinan memperoleh hasil investasi yang rendah atau minus terhadap produk tanpa risiko. Risk free asset adalah tingkat pengembalian dengan pembayaran terjadwal selama periode tertentu yang ditetapkan serta diasumsikan memenuhi semua kewajiban pembayaran.
3. Risiko gagal bayar (wanprestasi)
Risiko gagal bayar yang disebabkan oleh peminjam atau penerbit instrumen investasi yang tidak mampu memenuhi kewajibannya yaitu pembayaran sesuai dengan harga yang disepakati atau di janjikan pada waktunya.
4. Risiko kredit (credit)
Risiko kredit berhubungan dengan kredibilitas dalam pelunasan utang. Risiko kredit yang tinggi berarti stabilitas keuangan investasi tersebut pun menurun.
5. Risiko pajak (tax)
Risiko pajak ini muncul dari aktivitas investasi yang dilakukan.
6. Risiko inflasi (inflation)
Risiko inflasi berkaitan dengan adanya potensi menurunnya riil nilai pokok investasi dan hasil investasi di masa depan.
7. Risiko bunga (interest rate)
Risiko bunga berkaitan dengan tingkat suku bunga jika suku bunga menurun maka tabungan dan deposito turun, namun jika suku bunga naik maka harga obligasi turun.
8. Risiko mata uang (currency)
Risko mata uang berkaitan langsung dengan nilai mata uang negara lain dalam hubungannya dengan mata uang dalam negeri yaitu rupiah.
9. Risiko politik (politic)
Risiko politik berkaitan dengan kondisi politik suatu negara (misalnya pemberontakan dan kerusuhan dan lain-lain.
10. Risiko pasar (market)
Risiko pasar sangat berkaitan dengan mekanisme pasar dimana investasi yang kita tanamkan misalnya jika permintaan atas dolar amerika serikat US$ tinggi, maka bisa dipastikan nilai mata uang dolar amerika serikat US$ mengalami peningkatan.
11. Risiko karena suatu hal (event)
Risiko karena suatu hal ini berkaitan dengan keadaan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dari sudut pandang ekonomi. Contohnya peledakan bom bursa efek Jakarta pada 13 september tahun 2000 yang berimbas langsung mempengaruhi pasar saham, atau contoh lain adanya penemuan yang mengubah standar regulasi suatu produk.
12. Risiko investasi dibayar lebih cepat (prepayment)
Risiko investasi dibayar lebih cepat yang kerap kali dihadapi oleh investor yang kemungkinan besar mendapatkan pengembalian pokok investasi lebih awal dari jangka jatuh tempo, sehingga nilai keuntungan yang diterima lebih jauh rendah.
13. Risiko investasi dibayar lebih lambat
Risiko investasi dibayar lebih lambat sering kali juga menghantui benak investor. Bagaimana tidak uang yang sudah di gelontorkan kemudian dikembalikan atau dibayar lebih lama dari jangka waktu yang telah tentukan sebelumnya.
14. Risiko kesempatan (opportunity)
Risiko terakhir yaitu risiko kesempatan yang terjadi ketika kamu menginvestasikan uang pada suatu jenis instrumen investasi seperti saham, reksa dana, surat berharga negara (SBN), emas, berlian, deposito, trading forex, cryptocurrency, properti, tabungan dan lain sebagainya yang akhirnya kehilangan kesempatan atau peluang untuk menginvestasikan pada jenis investasi lainnya.
Bila kamu melakukan investasi ada 2 pilihan yang bisa kamu pilih yaitu:
1. Melakukan investasi secara periodik misalnya melakukan investasi perbulan dengan menyisihkan sebagian gaji kamu
2. Melakukan investasi sekali saja
Pembahasan mengenai investasi secara periodik
1. Ketika investor melakukan investasi secara rutin seperti sebulan sekali, 6 bulan sekali atau setahun sekali
2. Investasi ini sangat menguntungkan untuk mengejar target profit yang tinggi
3. Tidak perlu memiliki jumlah uang yang besar pada saat ini, kamu hanya cukup menyisihkan sebagian kecil penghasilan bekerja atau uang yang tidak terpakai untuk berinvestasi ke dalam sebuah produk investasi
Pembahasan mengenai investasi sekali saja (lump sum)
Dalam hal ini investasi yang dilakukan hanya sekali saja ke dalam sebuah produk investasi, misalnya deposito dengan mengendapkan uang selama kurang lebih 10 tahun yang nantinya diperoleh bunga yang bisa ditambahkan ke uang pokok. Kemudian didepositokan kembali sehingga bunga semakin lama semakin besar. Tapi catatan bahwa selama waktu yang ditentukan kita tidak pernah menyentuhnya. Sampai selama kurang lebih 10 tahun, maka kita memiliki dana dalam jumlah yang besar dari hasil yang kamu investasikan.